Fokker Dr. I (1917)

FFokker Dr. I merupakan pesawat tempur Jerman yang dijiplak dari Sopwith Triplane. Sesuai dengan namanya Dr. (dreidecker/susun tiga), pesawat ini mempunyai sayap yang bersusun tiga. Desain sayapnya mirip dengan Sopwith Triplane yang dikembangkan tahun 1917. Foker sendiri mengakui ide pesawat sayap tiga ini diambil dari Sopwith Triplane yang pernah ia saksikan pada bulan Mei 1917. Dari sanalah Fokker memerintahkan kepala desainernya, Reinhold Platz untuk membuat pesawat sejenis.
Ketika Sopwith Triplane jatuh ke tangan Jerman, sejumlah 14 pabrikan Jerman dan Austria buru-buru menconteknya. Mereka merasa desain sayap tiga ini merupakan rumus jitu menjadi yang paling unggul di udara. Upaya pabrikan Jerman dan Austri itu tak membuat Fokker merasa tersaingi, karena dia merasa telah lebih dulu mengembangkannya ketimbang pabrikan lain. Di Jerman, Fokker tetap dikenal sebagai pelopor pesawat tempur bersayap tiga.
Prototipe Dr. I diterbangkan pertama kali bulan Juni 1917 oleh pemegang ace Jerman Werner Voss. Lantaran idenya dari Sopwith Triplane, bentuk fisik Dr. I mirip dengan pesawat itu. Sebagian struktur tubuh Dr. I terbuat dari kayu, dan sebagian lagi logam. Yang membedakan kedua pesawat antara lain pada tiang penyangga dan aileron. Bila Triplane menggunakan dua tiang penyangga dan enam aileron, Platz menggantinya dengan satu tiang penyangga dan dua aileron. Dr. I juga merupakan pesawat tempur Fokker terakhir yang menggunakan rudder tanpa sayap tegak, sementara elevatornya digantungkan pada sayap yang lebih besar. Konsep ini yang kemudian dikenal dengan ekor delta.
Jelas pesawat tempur tak lengkap tanpa kehadiran senjata. Platz menempatkan dua senapan mesin 08/15 Spandau yang bisa ditembakkan dengan dua pelatuk yang ditempatkan di gagang kemudi pesawat. Meski pesawat ini memiliki kekurangan dan kelebihan, namun yang pasti pesawat ini telah menjadi pesawat ngetop sepanjang masa, terutama ketika yang berwarna merah itu di pegang oleh Manfred “Red Baron” von Richtofen, ace Jerman paling hebat dalam PD I.

Sumber: Majalah Angkasa



0 comments: